Atrioventricular Block: Saat Irama Jantung Kehilangan Sinkronnya

Atrioventricular Block

Aku masih ingat jelas ketika pertama kali mendengar istilah Atrioventricular Block atau yang sering disebut AV Block. Waktu itu aku sedang menemani seorang teman lama di rumah sakit. Ia baru saja mengalami pingsan mendadak saat sedang mengajar di kelas. Awalnya kami semua mengira itu hanya kelelahan biasa, tapi setelah dilakukan pemeriksaan EKG (elektrokardiogram), dokter menyebutkan ada gangguan pada konduksi listrik jantungnya — sesuatu yang disebut Atrioventricular Block.

Saat itu, istilah tersebut terdengar sangat rumit di telingaku. Namun karena penasaran, aku mencoba memahami lebih dalam apa sebenarnya yang terjadi pada jantung seseorang ketika mengalami AV Block ini. Ternyata, kisah di balik gangguan ini jauh lebih menarik dan kompleks dari yang kubayangkan.

Mengenal Cara Kerja Listrik di Dalam Jantung

What is a Complete Heart Block | Ayushman Hospital and Health Services

Sebelum memahami apa itu AV Block, kita perlu tahu dulu bahwa jantung bukan hanya sekadar otot pemompa darah. Ia juga adalah “alat listrik biologis” yang bekerja dengan ritme dan sinyal yang sangat teratur Alodokter.

Dalam keadaan normal, jantung kita berdetak karena adanya sinyal listrik yang dimulai dari sebuah area kecil di bagian atas jantung yang disebut sinoatrial node (SA node) — atau simpul sinoatrial. SA node inilah yang berperan sebagai “pemimpin irama” atau natural pacemaker jantung.

Sinyal dari SA node akan menyebar ke seluruh atrium (serambi jantung) dan memerintahkan mereka untuk berkontraksi, memompa darah ke bilik (ventrikel). Nah, sebelum sinyal itu masuk ke ventrikel, ia harus melewati sebuah “gerbang” penting — yaitu atrioventricular node (AV node).

Di sinilah peran AV node sangat penting: ia berfungsi sebagai pengatur lalu lintas sinyal listrik antara atrium dan ventrikel. AV node memberikan sedikit jeda agar ventrikel punya waktu untuk mengisi darah dengan sempurna sebelum berkontraksi. Tapi, ketika AV node ini terganggu, maka terjadilah yang disebut Atrioventricular Block.

Apa Itu Atrioventricular Block?

Secara sederhana, Atrioventricular Block adalah kondisi ketika sinyal listrik dari atrium ke ventrikel terlambat, terhambat sebagian, atau bahkan terputus sepenuhnya.

Akibatnya, ventrikel tidak menerima perintah untuk berkontraksi tepat waktu, sehingga denyut jantung bisa menjadi lambat, tidak teratur, atau bahkan berhenti sesaat.

Dalam dunia medis, Atrioventricular Block dibagi menjadi tiga derajat utama, tergantung pada seberapa berat gangguan konduksi listriknya.

Atrioventricular Block Derajat Pertama: Gangguan Ringan Tapi Perlu Diwaspadai

Pada derajat pertama, sinyal listrik masih bisa sampai ke ventrikel, tapi dengan keterlambatan.

Kalau dianalogikan seperti lalu lintas, ini seperti lampu merah yang terlalu lama di satu simpang jalan. Kendaraan (sinyal listrik) tetap lewat, tapi butuh waktu lebih lama.

Biasanya, orang dengan Atrioventricular Block derajat pertama tidak menunjukkan gejala apa pun. Kondisi ini sering ditemukan secara tidak sengaja saat seseorang menjalani pemeriksaan EKG rutin.

Namun, meski terlihat ringan, kondisi ini tetap perlu diawasi. Karena terkadang, derajat pertama bisa berkembang menjadi tingkat yang lebih berat jika ada penyakit jantung yang mendasarinya — misalnya penyakit arteri koroner, gangguan katup jantung, atau efek obat tertentu.

AV Block Derajat Kedua: Sinyal Mulai Hilang di Tengah Jalan

ഹാർടൠടൠബൠലോകൠകൠ: കാരണങൠങൾ,  ലകൠഷണങൠങൾ, രോഗനിർണയം, ചികിതൠ സ

Pada derajat kedua, sebagian sinyal dari atrium tidak sampai ke ventrikel. Artinya, beberapa denyut jantung “hilang” di tengah jalan.

Kondisi ini dibagi lagi menjadi dua tipe: Mobitz Type I (Wenckebach) dan Mobitz Type II.

Pada tipe I, sinyal listrik dari atrium ke ventrikel semakin lama semakin lambat, hingga akhirnya satu sinyal benar-benar tidak sampai. Biasanya ini masih tergolong ringan, tapi bisa menimbulkan keluhan seperti pusing atau lemas.

Sedangkan tipe II lebih serius — di mana beberapa sinyal gagal sampai tanpa pola yang jelas. Ini bisa menyebabkan denyut jantung yang sangat lambat dan gejala yang lebih berat seperti pingsan, kelelahan ekstrem, atau sesak napas.

Aku ingat betul saat dokter menjelaskan hal ini kepada teman lamaku di rumah sakit. Dokternya berkata, “Ibarat pesan yang dikirim lewat kabel, sebagian pesanmu tidak sampai. Jadi ventrikelmu kadang tidak tahu kapan harus berdetak.”

Analogi sederhana itu membuatku mengerti betapa pentingnya sistem komunikasi listrik di dalam tubuh kita.

Atrioventricular Block Derajat Ketiga: Ketika Komunikasi Terputus Total

Inilah bentuk paling serius dari Atrioventricular Block. Pada derajat ketiga atau disebut juga Complete Heart Block, sinyal dari atrium benar-benar tidak sampai ke ventrikel.

Dengan kata lain, jantung bagian atas dan bawah bekerja sendiri-sendiri tanpa koordinasi. Atrium berdetak dengan ritmenya sendiri, dan ventrikel berusaha berdetak dengan ritme darurat yang jauh lebih lambat.

Akibatnya, suplai darah ke seluruh tubuh bisa terganggu. Penderita sering mengalami pingsan berulang (sinkop), nyeri dada, sesak napas, bahkan dalam beberapa kasus bisa menyebabkan kematian mendadak jika tidak segera ditangani.

Pada titik ini, biasanya dokter akan merekomendasikan pemasangan alat bantu pacu jantung (pacemaker), yang bertugas mengatur ritme jantung secara buatan agar kembali teratur.

Penyebab Atrioventricular Block: Dari Penyakit Hingga Obat-obatan

Setelah mengenal jenis-jenisnya, aku semakin penasaran: apa sebenarnya penyebab seseorang bisa mengalami Atrioventricular Block?

Ternyata, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan gangguan pada jalur listrik jantung ini. Beberapa di antaranya meliputi:

  1. Penyakit jantung koroner — yang menyebabkan kerusakan pada jaringan konduksi akibat aliran darah yang tidak lancar.

  2. Infark miokard (serangan jantung) — terutama bila menyerang bagian bawah jantung, yang berdekatan dengan AV node.

  3. Degenerasi sistem konduksi jantung karena usia — inilah penyebab paling umum pada lansia.

  4. Gangguan elektrolit seperti kadar kalium atau magnesium yang tidak seimbang.

  5. Efek obat-obatan tertentu, seperti beta blocker, digoksin, atau verapamil, yang dapat memperlambat hantaran listrik jantung.

  6. Infeksi atau penyakit autoimun, misalnya penyakit Lyme, lupus, atau rematik jantung.

  7. Kelahiran dengan cacat jantung bawaan — beberapa bayi memang dilahirkan dengan sistem konduksi yang tidak sempurna.

Menariknya, tidak semua AV Block disebabkan oleh penyakit kronis. Ada juga yang bersifat sementara, misalnya karena efek obat atau setelah pembedahan jantung. Dalam kasus seperti ini, kondisi bisa membaik setelah penyebab utamanya diatasi.

Baca fakta seputar : Health

Baca juga artikel menarik tentang : Khasiat Kakao: Rahasia Sehat dan Cantik dari Alam

Author