Aku harus jujur ya, waktu pertama kali dengar nama Candi Pawon, aku pikir ini semacam dapur atau tempat masak zaman dulu. Nggak salah juga sih, karena kata “pawon” dalam bahasa Jawa memang artinya dapur. Tapi pas aku akhirnya ke sana, ternyata justru candi ini lebih mirip “permata kecil” yang diselipkan di antara dua raksasa: Candi Borobudur dan Candi Mendut.
Perjalanan travel ku menuju Candi Pawon ini sebenarnya nggak direncanakan. Awalnya aku cuma niat ke Borobudur, kayak turis-turis pada umumnya. Tapi karena pengin sesuatu yang lebih tenang, lebih sepi, dan nggak ramai selfie stick, akhirnya aku mampir ke Candi Pawon. Dan ya ampun, itu keputusan terbaik dalam itinerary-ku waktu itu.
Keindahan Arsitektur Candi Pawon yang Sering Diremehkan
Sekilas menurut jogja super, Candi Pawon memang terlihat kecil. Tapi jangan salah, justru di situ letak pesonanya. Ukurannya lebih mungil dibanding Borobudur atau Mendut, tapi detail ukirannya tuh… luar biasa halus. Nggak heran kalau arkeolog bilang Candi Pawon itu kaya akan simbolisme dan estetika.
Yang paling aku ingat adalah relief-relief di dindingnya. Ada pohon Kalpataru (simbol pohon kehidupan dalam mitologi Hindu-Buddha) yang diapit dua makhluk mitologis mirip kinnara. Aku sempat bengong cukup lama liat itu. Bukan cuma karena cantik, tapi juga karena damai. Mungkin karena nggak ada keramaian juga ya, jadi lebih bisa menikmati tiap jengkal batunya.
Apalagi kalau kamu datang pagi-pagi. Sinar matahari yang miring menyentuh batu andesit abu-abu gelap itu bikin efek dramatis yang susah dijelaskan—kayak nonton film dokumenter sejarah tapi kamu jadi aktornya sendiri.
Mengapa Candi Pawon Layak Jadi Destinasi Sendiri
Jujur ya, banyak orang nganggep Candi Pawon cuma tempat lewat doang, kayak semacam bonus pas jalan kaki dari Mendut ke Borobudur. Padahal, kalau kita mau duduk sebentar, diam, dan mengamati, candi ini bisa ngasih pengalaman spiritual yang nggak kalah sama tempat ibadah besar lain.
Secara historis, Candi Pawon diyakini sebagai tempat penyimpanan abu Raja Indra, ayah dari Raja Samaratungga (raja pembangun Borobudur). Nah, itu aja udah bikin tempat ini punya nilai spiritual yang tinggi. Kalau kamu tipe orang yang suka nyambungin sejarah, spiritualitas, dan ketenangan… wah, Candi Pawon ini cocok banget.
Buatku pribadi, Candi Pawon terasa seperti ruang perenungan. Nggak sebesar Borobudur, nggak seramai Mendut, tapi justru karena itu, dia spesial. Kaya tempat rahasia yang cuma orang-orang tertentu bisa “ngeh” nilai aslinya.
Akses Menuju Candi Pawon: Mudah Tapi Sering Terlewatkan
Letaknya tuh strategis banget, di antara dua candi besar: Mendut dan Borobudur. Kamu bisa jalan kaki dari salah satu ke Pawon, cuma sekitar 1 kilometeran. Tapi anehnya, karena kecil dan diapit dua destinasi besar, banyak orang malah nggak sadar ada candi ini.
Kalau kamu naik motor atau mobil, tinggal cari jalan yang menghubungkan Borobudur-Mendut, dan kamu bakal nemu papan nama kecil bertuliskan “Candi Pawon.” Parkirnya gampang, warung makan juga ada di sekitar situ. Aku malah sempat beli es kelapa muda di warung sebelah parkiran, dan ngobrol-ngobrol sama bapak penjualnya yang cerita tentang legenda lokal Candi Pawon. Katanya dulu tempat ini dijaga oleh makhluk halus yang hanya terlihat oleh anak kecil. Merinding nggak tuh?
Untuk masuk ke Candi Pawon, kadang gratis, kadang bayar sumbangan seikhlasnya. Tapi jangan pelit ya. Tempat kayak gini butuh dukungan juga buat perawatan dan kebersihannya.
Pengalaman Pribadi Mengunjungi Candi Pawon
Kunjungan ke sana benar-benar spontan. Aku datang sendirian, naik sepeda dari penginapan di Borobudur. Cuaca cerah banget hari itu, langit biru bersih, dan aku cuma pakai kaos oblong, celana pendek, dan topi lusuh. Nggak nyangka aja, di tengah perjalanan iseng, aku nemu pengalaman seberkesan itu.
Aku duduk di salah satu sudut taman kecil di sekitar candi, buka bekal nasi kucing yang tadi aku beli di pinggir jalan. Makan sambil liat siluet candi di bawah pohon rindang—itu momen yang susah dilupakan. Dan waktu itu, ada rombongan anak sekolah datang. Salah satu anak cewek nanya ke aku, “Pak, ini beneran candi?” Lucu banget. Aku jawab sambil ngakak, “Bener, tapi candi kecil, kayak versi minimalisnya Borobudur.”
Dari situ aku sadar, betapa pentingnya mengenalkan candi-candi kecil ini ke generasi muda. Nggak semua hal besar itu selalu yang paling berharga. Kadang, yang kecil dan sepi justru bisa meninggalkan kesan mendalam.
Tips Berkunjung ke Candi Pawon (Biar Nggak Zonk)
Nah, ini bagian yang biasanya aku cari juga di blog orang lain, jadi aku bagiin versiku ya, biar kamu nggak datang terus bilang “hah gini doang?”:
Datang pagi hari – Sinar matahari pagi bikin relief-nya kelihatan lebih jelas dan dramatis. Plus, suasananya masih adem dan sepi.
Jangan buru-buru – Duduk sebentar, ambil napas, lihat sekeliling. Kadang yang paling keren justru terasa waktu kita diam dan nggak ngapa-ngapain.
Bawa air minum sendiri – Di area sekitar candi emang ada warung, tapi nggak terlalu banyak.
Ngobrol sama warga sekitar – Mereka biasanya punya cerita-cerita lokal yang nggak bakal kamu temuin di Google.
Jaga sikap dan sopan santun – Meski nggak ada penjaga khusus, tempat ini tetap tempat suci dan bersejarah. Jangan manjat candi cuma demi foto aesthetic, ya.
Gabungin dengan kunjungan ke Borobudur dan Mendut – Idealnya kamu jalan kaki atau naik sepeda biar bisa nikmatin suasana desa sekitar juga.
Bawa kamera, tapi jangan cuma fokus motret – Kadang menikmati langsung dengan mata kepala sendiri lebih nempel di hati.
Candi Pawon dan Pelajaran yang Aku Dapat
Dari semua pengalaman itu, aku belajar satu hal penting: kadang yang paling indah itu bukan yang besar dan megah, tapi yang sederhana dan jujur. Candi Pawon mungkin kecil, mungkin sederhana, tapi punya cerita dan aura yang luar biasa.
Kalau kamu cari tempat yang bisa bikin kamu merasa “connect” ke sejarah, ke masa lalu, dan ke diri sendiri—datanglah ke Candi Pawon. Bukan buat pamer di Instagram, tapi buat mengenal dirimu sendiri sedikit lebih dalam.
Dan siapa tahu, kayak aku, kamu juga bakal pulang dengan cerita yang nggak bisa kamu ceritain semua ke orang lain. Karena beberapa keindahan, cukup disimpan di hati.
Kalau kamu suka artikel ini, jangan lupa share atau simpan buat itinerary-mu selanjutnya. Oh ya, kalau kamu punya pengalaman sendiri tentang Candi Pawon, aku bakal seneng banget kalau kamu cerita di kolom komentar atau DM. Karena, hei… cerita terbaik itu datang dari kita yang mengalaminya langsung.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Santorini: Surga Laut Aegea yang Penuh Pesona disini