Pawai Tatung di Singkawang: Warisan Mistis yang Menyatukan Seni dan Spiritualitas

Pawai Tatung

Saya ingat pertama kali denger istilah “Tatung”, saya mikir ini semacam ritual sakral yang serius dan berat. Tapi pas saya nonton langsung waktu Imlek di Singkawang… wah, rasanya campur aduk. Merinding, terkesima, kadang tegang, tapi juga kagum.

Pawai Tatung itu bukan sekadar pawai budaya biasa. Tatung adalah orang yang “dirasuki” oleh roh leluhur atau dewa, dan mereka bisa melakukan hal-hal ekstrem seperti ditusuk dengan besi panjang atau berjalan di atas pedang. Tapi anehnya, mereka nggak terluka.

Tradisi ini biasanya digelar setiap Cap Go Meh di kota Singkawang, Kalimantan Barat. Ini bagian dari budaya Tionghoa lokal yang sudah berlangsung ratusan tahun. Bukan cuma pawai atraksi, tapi juga bentuk ritual pengusiran roh jahat, doa untuk keselamatan kota, dan penghormatan kepada leluhur.

Mengapa Pawai Tatung Begitu Identik di Singkawang?

keindahan Pawai Tatung

Singkawang dijuluki “Kota Seribu Kelenteng”, jadi nggak heran kalau budaya Tionghoa sangat kuat di sini. Tapi kenapa Culture Pawai Tatung begitu melekat?

Karena Singkawang punya komunitas Tionghoa Hakka dan Tio Ciu yang sangat aktif, dan mereka merawat budaya leluhur ini dengan bangga. Tradisi Tatung dibawa oleh para imigran Tionghoa sejak ratusan tahun lalu, lalu menyatu dengan kearifan lokal Dayak dan Melayu di Kalimantan Barat.

Yang bikin unik, di Singkawang, Tatung nggak cuma dari etnis Tionghoa. Ada juga orang Dayak dan bahkan Melayu yang ikut berperan. Ini bukti kalau budaya bisa menyatukan banyak perbedaan.

Dan ya… suasananya gila banget waktu hari-H. Ribuan orang tumpah ruah di jalan, penuh warna, bunyi tambur, asap dupa, dan aura mistis yang susah dijelaskan. Pokoknya, kalau kamu belum pernah nonton langsung, kamu belum benar-benar lihat “wajah asli” Singkawang.

Seni Budaya yang Tertanam dalam Pawai Tatung

Seni Budaya yang Tertanam dalam Pawai Tatung

Jangan kira pawai ini cuma soal orang kesurupan atau adegan ekstrem. Justru, kalau diperhatikan lebih dalam, ini adalah seni pertunjukan yang luar biasa rumit dan indah.

Mulai dari:

  • Kostum Tatung yang penuh detail. Ada yang mengenakan baju ala jenderal Dinasti Han, ada juga yang mirip dewa-dewi dari mitologi Tiongkok.

  • Rias wajah yang super dramatis. Warna merah, hitam, putih, penuh simbol dan makna.

  • Gerakan tubuh yang terkontrol, meski mereka dalam kondisi “dirasuki”.

  • Dekorasi tandu, ornamen kayu berukir, hiasan naga, hingga alat musik tradisional yang mengiringi setiap langkah.

Saya sempat tanya ke salah satu warga lokal, katanya untuk jadi Tatung itu butuh ritual khusus, bahkan ada puasa dan latihan spiritual. Nggak bisa sembarangan. Seni dan spiritualitas benar-benar nyatu di sini.

Pengalaman Pribadi Menonton Pawai Tatung

Jujur, ini pengalaman yang bakal saya kenang seumur hidup. Pertama kali saya datang ke Singkawang waktu Cap Go Meh, saya pikir cuma akan lihat parade warna-warni seperti di acara Imlek di kota besar. Tapi begitu saya berdiri di pinggir jalan utama, dan barisan Tatung mulai jalan… saya langsung terdiam.

Ada seorang Tatung muda yang bawa pedang besar dan lidahnya dijepit pakai paku baja. Tapi matanya nggak kosong. Justru penuh ketenangan. Suara tambur berdentum kencang, asap dupa mengepul, dan saya nggak tahu kenapa… saya malah merasa tenang.

Ada momen di mana saya ngerasa kayak ikut ‘terhisap’ ke dalam energi spiritual mereka. Bukan takut, tapi kayak dihormati. Mungkin karena semua dilakukan dengan niat baik, untuk membersihkan kota dan memberikan restu.

Setelah selesai, saya duduk sebentar di warung kopi dekat kelenteng. Ngobrol sama warga lokal, katanya kalau nggak ada Pawai Tatung, Cap Go Meh serasa hambar. Saya setuju banget.

Belajar Seni dan Nilai Kehidupan dari Pawai Tatung

Saya pulang dari Singkawang bukan cuma bawa foto dan video. Tapi juga pelajaran penting.

Pertama, saya jadi sadar betapa pentingnya melestarikan budaya, meskipun kita hidup di zaman digital dan serba instan. Budaya bukan cuma hiburan, tapi identitas, akar, dan jembatan antar generasi.

Kedua, saya jadi belajar menghargai perbedaan dan toleransi. Di Pawai Tatung, semua orang dari latar belakang berbeda bisa sama-sama merayakan budaya. Bahkan turis asing pun ikut larut dalam semangatnya.

Ketiga, saya belajar bahwa seni itu bukan cuma soal estetika, tapi pengalaman batin. Rasa merinding saat lihat Tatung berjalan di atas pedang itu bukan cuma karena takut, tapi karena kagum. Ini seni yang hidup.

Kenapa Kamu Harus Nonton Pawai Tatung Sekali Seumur Hidup

Kalau kamu pecinta budaya, pencari makna hidup, atau cuma butuh pengalaman yang beda dari liburan mainstream, datanglah ke Singkawang waktu Cap Go Meh. Pawai Tatung bukan cuma tontonan, tapi perjalanan spiritual, seni, dan budaya yang menyatu dalam satu kota kecil yang luar biasa ini.

Saya nggak sabar nonton lagi tahun depan. Dan semoga, setelah baca tulisan ini, kamu juga tertarik untuk menyaksikan sendiri keajaibannya.

Tips Praktis Menyaksikan Pawai Tatung di Singkawang

Kalau kamu tertarik datang langsung ke Singkawang buat nonton Pawai Tatung, saya punya beberapa tips berdasarkan pengalaman pribadi yang bisa kamu simpan baik-baik. Jangan sampai udah datang jauh-jauh, malah nggak maksimal menikmatinya.

1. Datang Lebih Awal dari Hari-H

Pawai Tatung biasanya diadakan pada perayaan Cap Go Meh atau 15 hari setelah Tahun Baru Imlek. Tapi sebaiknya kamu datang minimal 3 hari sebelumnya, karena suasana udah mulai terasa meriah. Kamu bisa jalan-jalan dulu, lihat-lihat hiasan kota, kelenteng, dan ngobrol sama warga lokal.

Saya sendiri waktu itu datang 2 hari sebelum pawai. Hotel udah mulai penuh, jadi makin cepat kamu booking, makin aman. Kalau bisa, pesan hotel sejak sebulan sebelumnya, karena pengunjung datang bukan cuma dari Indonesia, tapi juga Malaysia, Singapura, bahkan Eropa.

2. Pilih Spot Strategis

Pagi-pagi waktu hari pawai, jalanan mulai ditutup. Orang-orang udah mulai pasang posisi dari jam 6 pagi. Kalau mau dapat foto terbaik atau video sinematik, carilah spot dekat simpang besar atau dekat klenteng utama seperti Tri Dharma Bumi Raya. Tapi siap-siap berdiri lama, ya!

Kalau saya pribadi, lebih suka cari spot dekat warung kopi. Sambil nunggu, bisa sarapan dulu. Lumayan juga buat kenalan sama warga lokal.

3. Bawa Masker dan Air Minum

Percaya deh, ini penting banget. Selama pawai berlangsung, asap dupa bisa sangat tebal, apalagi di dekat Tatung yang sedang melakukan ritual. Kadang aromanya kuat banget, bisa bikin pusing kalau nggak terbiasa.

Bawa juga payung atau topi, karena Singkawang panas banget siang hari. Dan karena biasanya berlangsung sampai siang bahkan sore, pastikan kamu cukup terhidrasi.

4. Jaga Etika dan Jangan Ganggu Prosesi

Meskipun seru banget dan bikin penasaran, jangan terlalu dekat dengan para Tatung, apalagi sampai menyentuh atau memotret terlalu frontal saat mereka sedang dalam kondisi trans. Ingat, ini bukan sekadar pertunjukan, tapi juga ritual sakral.

Beberapa wisatawan asing waktu itu sempat dimarahi panitia karena terlalu agresif motret dari jarak dekat. Saya belajar dari kejadian itu, bahwa kita harus tetap menghormati budaya yang sedang kita nikmati.

Apa yang Bisa Dipelajari Blogger dari Pawai Tatung?

Nah, ini bagian yang menurut saya penting buat kamu para blogger budaya atau travel blogger. Pawai Tatung ini bisa jadi bahan konten luar biasa kalau kamu ingin menggabungkan pengalaman personal, edukasi budaya, dan storytelling yang kuat.

Beberapa ide konten yang bisa kamu angkat dari acara ini:

  • “7 Hal yang Harus Kamu Ketahui Sebelum Menonton Pawai Tatung di Singkawang”

  • “Tradisi Tatung: Menyatukan Spiritualitas dan Seni Jalanan”

  • “Apa yang Blogger Bisa Pelajari dari Ritual Budaya Cap Go Meh Singkawang?”

  • “Menulis tentang Budaya Lokal dengan Empati: Studi Kasus Pawai Tatung”

Saya pernah pakai dokumentasi dari Pawai Tatung untuk mengisi konten Instagram, blog pribadi, bahkan TikTok. Engagement-nya naik banget karena konten seperti ini jarang dibahas mendalam oleh media mainstream.

Dan satu lagi, topik ini juga ramah SEO karena banyak orang cari “apa itu tatung”, “tatung singkawang”, atau “festival cap go meh di indonesia” menjelang Tahun Baru Imlek.

Baca juga artikel menarik lainnya tentang Tari Zapin Melayu: Ketika Langkah Kaki Menyampaikan Doa 2025 disini

Author