Tari Gantar: Keindahan Tradisi Dayak yang Memikat Hati 2025

Tari Gantar

Kalau ditanya tarian tradisional apa yang paling berkesan buat saya pribadi—jawabannya gak ragu: Tari Gantar. Bukan karena saya dari Kalimantan atau karena pernah juara lomba tari, bukan. Tapi karena waktu pertama kali saya lihat anak murid saya menarikan  culture Tari Gantar di pentas seni sekolah, jujur, saya langsung merinding.

Buat saya, Tari Gantar itu seperti tarian yang “bicara tanpa kata”. Gerakannya halus tapi kuat. Elegan tapi tetap membumi. Di setiap hentakan langkahnya, seperti ada cerita yang ingin disampaikan, dan itu terasa banget walaupun kita gak ngerti bahasa daerahnya. Sejak momen itu, saya mulai cari tahu lebih dalam soal tari ini—dan malah jadi keterusan sampai pernah ikut belajar langsung dari seorang pelatih seni budaya Dayak.

Nah, lewat tulisan ini, saya pengen berbagi apa yang saya rasakan, pelajari, dan alami sendiri tentang Tari Gantar. Bukan cuma soal sejarahnya atau siapa yang menciptakan, tapi benar-benar dari pengalaman pribadi, rasa kagum, dan bahkan beberapa kegagalan saya waktu nyoba ikut latihan.

Keindahan Tari Gantar: Gerakan yang Bukan Sekadar Menari

12 Tari Kalimantan Timur dan Penjelasannya, Warisan Budaya Indonesia - Hot  Liputan6.com

Pertama kali saya lihat Tari Gantar, saya nggak ngerti maknanya. Tapi saya tahu satu hal: ini indah banget menurut archipelago indonesia.

Tari Gantar berasal dari suku Dayak di Kalimantan, khususnya suku Benuaq dan Tunjung yang mendiami Kalimantan Timur. Tari ini biasanya dibawakan untuk menyambut tamu kehormatan atau acara-acara adat besar. Tapi yang bikin saya takjub justru detail kecil-kecilnya: cara penari menggenggam tongkat (yang disebut gantar), cara mereka mengayunkan tubuh, gerakan mata, bahkan senyumnya. Semua terlihat anggun dan punya ritme.

Kalau kamu perhatikan, Tari Gantar gak seperti tarian yang heboh dengan loncatan atau atraksi ekstrem. Gerakannya lebih mengalir, penuh irama. Tapi justru di situ letak magisnya. Saya sempat ikut sesi pelatihan singkat, dan pelatih saya bilang:

“Dalam Tari Gantar, kamu bukan cuma menari. Kamu sedang menyampaikan rasa hormat.”

Dan benar. Setelah beberapa kali latihan, saya mulai mengerti: tubuh ini bukan sekadar bergerak. Ada komunikasi batin, ada perasaan yang ditransfer lewat gerakan. Kayak kita nyampaikan pesan lewat bahasa tubuh.

Jadi kalau ditanya apa yang membuat Tari Gantar indah, menurut saya: karena ia bicara dengan lembut, tapi dalam.

Mengapa Tari Gantar Harus Dijaga dan Dilestarikan?

Saya pernah ngobrol sama guru seni budaya senior di Kalimantan Timur, beliau bilang begini:

“Tari Gantar itu warisan. Kalau kita nggak rawat, nanti dia tinggal jadi gambar di buku, bukan lagi tarian yang hidup.”

Dan saya setuju banget.

Tari Gantar bukan cuma soal tari-tarian. Di baliknya ada sejarah, ada budaya, ada nilai hidup orang Dayak yang luar biasa. Gerakan menumbuk padi, misalnya, melambangkan kerja keras dan hasil panen. Jadi ini bukan cuma seni, tapi simbol kehidupan.

Sayangnya, makin ke sini, anak-anak muda banyak yang nggak kenal sama tarian ini. Bahkan di daerah asalnya sekalipun. Banyak yang lebih kenal TikTok dance daripada Tari Gantar (eh, saya juga suka scroll TikTok sih, tapi masa budaya sendiri nggak kenal?).

Itulah kenapa pelestarian itu penting. Saya sendiri sekarang sering ngajak murid-murid buat tampilkan tarian tradisional di acara sekolah. Gak harus sempurna, yang penting mereka kenal dulu.

Beberapa hal yang bisa kita lakukan buat bantu lestarikan Tari Gantar:

  • Belajar dan tampilkan di acara lokal.

  • Ajak komunitas lokal buat mengisi pelatihan.

  • Bikin konten kreatif tentang Tari Gantar di media sosial.

  • Masukkan ke kurikulum ekstrakurikuler.

Kita nggak harus jadi penari profesional. Cukup jadi bagian dari orang yang peduli dan menyebarkan cerita Tari Gantar, itu udah luar biasa.

Tips Belajar Tari Gantar (Berdasarkan Kesalahan Pribadi )

Oke, ini bagian paling jujur dari saya. Saya pernah coba ikut pelatihan Tari Gantar buat guru, dan saya kira bakal gampang karena gerakannya terlihat sederhana. Ternyata? SALAH BESAR.

Hari pertama latihan, saya salah langkah terus. Pas harus angkat tongkat, saya malah bingung cara pegangnya. Pelatih sampai geleng-geleng kepala. Tapi dari situ, saya jadi tahu: ada hal-hal teknis yang kelihatannya simpel, tapi butuh latihan sabar.

Nah, buat kamu yang pengen mulai belajar Tari Gantar, berikut tips yang bisa saya bagi:

1. Mulai dari observasi.

Lihat dulu video penari profesional. Perhatikan bagaimana mereka bergerak, ekspresi wajahnya, dan cara pegang alat (tongkat dan bambu). Ini penting supaya kita dapat “feeling”-nya dulu.

2. Belajar dari orang Dayak langsung kalau bisa.

Serius. Belajar dari sumber aslinya itu beda banget rasanya. Ada nilai adat dan makna simbolik yang mereka jelaskan langsung. Jadi nggak cuma soal gerakan, tapi juga pemaknaan.

3. Latih postur tubuh.

Ini saya pelajari dari pengalaman. Kita harus jaga postur tubuh supaya tetap anggun dan stabil. Jangan bungkuk, jangan tegang. Tarik napas, rileks, dan biarkan tubuh ikut aliran musik.

4. Gunakan kain dan properti yang sesuai.

Jangan pakai properti seadanya. Bambu dan tongkat punya ukuran dan cara genggam tersendiri. Kalau kamu pakai alat yang asal, hasilnya juga gak akan maksimal.

5. Nikmati prosesnya.

Jangan buru-buru pengen tampil. Saya sempat terlalu semangat sampai over-practice dan malah cedera bahu ringan. Jadi ingat: latihan harus seimbang. Nggak harus sempurna, yang penting konsisten.

Pengalaman Saya Menarikan Tari Gantar di Acara Sekolah

Tari Gantar, Budaya Suku Dayak yang Harus Dilestarikan - Nasional  Katadata.co.id

Jujur ya, saya deg-degan banget waktu pertama kali tampil. Walau cuma di pentas sekolah, tapi baju adat Dayak yang saya pakai, suara musik tradisional yang bergema, dan sorot mata murid-murid yang nonton—itu bikin jantung saya lompat-lompat.

Tapi di tengah gugup itu, saya tiba-tiba ingat kata pelatih saya:

“Jangan pikir kamu sedang ditonton. Pikir kamu sedang memberi penghormatan.”

Dari situ, saya mulai masuk ke suasana. Saya bayangkan saya sedang berdiri di hadapan tetua adat, menari sebagai bentuk rasa syukur dan sambutan. Dan saat itu… rasanya damai.

Setelah selesai, saya gak nyangka dapat tepuk tangan yang luar biasa. Murid-murid saya bahkan bilang, “Pak, tadi keren banget! Saya juga mau belajar!” Nah, di situ saya merasa: misi saya berhasil.

Bukan karena saya tampil keren. Tapi karena satu tarian bisa bikin anak-anak muda penasaran dan mau ikut melestarikan.

Nilai Seni dan Budaya dalam Tari Gantar

Tari Gantar bukan cuma indah. Tapi juga kaya akan nilai.

Dari tarian ini, saya belajar soal:

  • Kerja sama: karena tari ini sering dibawakan berkelompok, kita harus peka terhadap gerakan orang lain.

  • Disiplin: setiap gerakan harus dilakukan tepat waktu dan sesuai irama.

  • Penghormatan terhadap alam: karena Tari Gantar juga menggambarkan kehidupan bertani dan alam sekitar.

  • Ketenangan batin: jujur, setiap kali latihan Tari Gantar, hati saya jadi lebih tenang. Mungkin karena musik tradisionalnya yang lembut dan gerakannya yang ritmis.

Nilai-nilai ini bisa jadi bekal dalam kehidupan sehari-hari. Bukan cuma untuk penari, tapi juga untuk kita semua yang ingin hidup lebih selaras, sabar, dan penuh makna.

Mari Jadi Bagian dari Penjaga Warisan Budaya

Saya tahu gak semua orang punya waktu atau minat untuk belajar Tari Gantar. Tapi kalau kamu sampai di bagian akhir tulisan ini, saya yakin kamu peduli.

Dan tahu gak? Kepedulian itu langkah awal yang luar biasa.

Kita gak perlu jadi penari top, cukup jadi orang yang mau cerita soal Tari Gantar, ngajak teman nonton, atau sekadar kasih like dan share konten budayanya di media sosial. Hal-hal kecil itu, kalau dilakukan bersama, bisa menjaga warisan ini tetap hidup.

Saya pribadi akan terus mengajarkan dan mengenalkan Tari Gantar di sekolah, selama masih punya tenaga dan semangat. Karena saya percaya: budaya bukan untuk dikenang, tapi untuk dijalani.

Baca juga artikel menarik lainnya tentang Tari Inang: Keindahan dan Pesona budaya melayu 2025 disini

Author